Review Buku : The Alchemist by Paulo Coelho




Judul : The Alchemist (Sang Alkemis)
Pengarang : Paulo Coelho
Tebal : 216 hlm; 20 cm
Tahun Terbit : Juli 2019 (cetakan kedua puluh lima)
Alih Bahasa : Tanti Lesmana
Desain Sampul : Eduard Iwan Mangopang
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama Jaya
Harga : Rp. 55.000

**

"Kalau orang-orang datang berkonsultasi padaku, aku bukannya membaca masa depan mereka; aku sekadar menebak. Masa depan adalah milik Tuhan, dan hanya Dia-lah yang mengungkapnya, dalam keadaan-keadaan tertentu. Bagaimana caraku menebak masa depan? Berdasarkan pertanda-pertanda yang ada sekarang ini. Rahasianya ada pada saat sekarang ini. Kalau kau menaruh perhatian pada saat sekarang, kau bisa memperbaikinya. Dan kalau kau memperbaiki saat sekarang ini, apa yang akan datang juga akan lebih baik. Lupakan soal masa depan, jalani setiap hari sesuai ajaran-ajaran yang telah kau terima, yakinlah Tuhan mengasihi anak-anak-Nya. Setiap hari membawa keabadian bersamanya."

Paulo Coelho lahir di Rio de Janerio, Brasil, 24 Agustus 1947. Dia adalah seorang novelis Brasil. Dia merupakan salah satu penulis dengan karya yang paling banyak dibaca di dunia saat ini. Paulo telah menerima sejumblah penghargaan internasional atas karya-karyanya. The Alchemist, novelnya yang paling terkenal, telah diterjemahkan ke dalam 67 bahasa. Sang Penulis telah menjual 150 juta kopi bukunya di seluruh dunia.

Alasan lainnya, mengapa aku membeli buku ini adalah karena Paulo Coelho menganut aliran sastra drama, perbaikan diri dan psikologi. Buku ini juga banyak yang merekomendasikan kepada saya, khususnya para teman-teman kampus yang juga avid readers.

THE ALCHEMIST 

Novel ini klaimnya mampu mengubah hidup para pembacanya. Awalnya rada tidak percaya, tetapi saja terjebak dengan opini-opini marketing teman-teman saya. Then after finishing this book, I realized all the opinions are totally true enough. 

Hampir di setiap bab dan percakapan para pemeran membuat aku benar-benar speechless. Hampir semua isi novel ini merupakan pernyataan-penyataan dalam hidup kita. Dari mimpi, takdir, harapan, kehidupan, harta duniawi bahkan bagian terfavoritku adalah perihal cinta. Karena cinta adalah pembahasan yang tak ada habisnya. 

Novel ini bergenre petualangan, namun terbesit kisah-kisah spiritual di dalamnya. 

Kisah pengembala domba bernama Santiago. Pengembala yang tinggal di Andalusia ini, memiliki mimpi dan keinginan mengembara. Akhirnya dalam kegelisahaan, dia pun pergi ke peramal berbangsa gipsi (penafsir mimpi). Namun, perempuan itu tidak mampu menafsirkan dan membuat gelisah Santiago.  Kehidupannya mulai berubah, seiring perjalanannya mencari harta karun yang ada di dalam mimpinya. 

Ia bertemu Raja Salem, perampok, penjual kristal, orang inggris, kepala karavan, Fatima. Silih berganti menemani perjalanannya dari Andalusia, Spanyol, Oasis untuk mencari harta karunnya. Yang Konon berdasarkan mimpinya berada di dekat Piramida-Piramida Mesir.

Acap kali Santiago ingin menyerah, dia mengingat kembali setiap perkataan Raja Salem yang mengurungkan niatnya untuk kembali. Namun perjalanan yang semula bertujuan untuk menemukan harta duniawi berubah menjadi penemuan harta di dalam diri.

Secara umum alurnya lambar. Tapi rangkaian kata-kata indah, tidak membuatku menyerah untuk tetap berkutat pada buku ini. Dan percakapan yang penuh makna, membuatnya tidak membosankan. 

QUOTES :


1. Kalau kita bergaul dengan orang-orang yang sama setiap hari, seperti yang dialaminya di seminari, pada akhirnya kita menjadi bagian dari hidup orang itu. Lalu kita ingin orang itu berubah. Kalau orang itu tidak seperti yang dikehendaki orang-orang lain, maka orang-orang lain ini menjadi marah. Orang tampaknya selalu merasa lebih tahu, bagaimana orang lain seharusnya menjalani hidup, tapi mereka tidak tahu bagaimana seharusnya menjalani hidup sendiri. (Hal 25)

2. "Kalau kau memulai dengan menjanjikan sesuatu yang belum kaumiliki, kau akan kehilangan hasratmu untuk berusaha memperolehnya." (Hal 36)

3. Baginya setiap hari sama saja, dan kalau setiap hari terasa sama saja, itu karena orang-orang tidak menyadari hal-hal indah yang terjadi dalam hidup mereka setiap hari, seiring terbitnya matahari. (Hal 39)

4. Tapi dia percaya pada ucapan orang tua itu, bahwa kalau kau sungguh-sungguh menginginkan sesuatu, seisi jagat raya pasti akan bersatu padu untuk membantumu. (Hal 51)

5. Yang paling penting adalah hanya percaya pada satu Tuhan (Hal 72)

6. "Kau harus tahu pasti, apa yang kau inginkan." (Hal 75)

7. Tapi satu hal dia paham: mengambil keputusan barulah permulaannya. Saat orang mengambil keputusan, berarti dia menceburkan diri dalam arus deras yang akan membawanya ke tempat-tempat yang tak pernah dibayangkannya ketika dia pertama-tama mengambil keputusan tersebut. (Hal 90)

8. Anak itu mulai memahami bahwa intuisi sebenarnya adalah peleburan jiwa dengan begitu saja ke dalam arus kehidupan universal, di mana sejarah semua manusia saling terkait, dan kita bisa mengetahui segalanya, sebab segalanya telah tertulis di sana. (Hal 98)

9. "Kita takut kehilangan apa yang kita miliki, entah itu hidup kita, harta benta kita, ataupun tanah kita. Tapi rasa takut ini menguap begitu kita memahami bahwa kisah-kisah hidup kita dan sejarah dunia ini ditulis oleh tangan ynag sama." (Hak 101)

10. "Setiap orang punya cara masing-masing untuk mempelajari sesuatu," (Hal 110)

11. "Sebab aku tidak hidup di masa lalu ataupun di masa depan. Aku hanya tertarik pada saat ini. Berbahagialah orang yang bisa berkonsentrasi hanya untuk saat ini. Akan kaulihat bahwa di gurun ini pun ada kehidupan, di langit sana binatang-binatang bersinar, dan suku-suku berperang karena mereka bagian dari umat manusia. Hidup ini akan terasa seperti pesta bagimu, suatu festival meriah, sebab hidup ini adalah saat yang kita jalani sekarang ini." (Hal 111-112)

12. Tanpa perlu tahu bagimana hasilnya; masa depan sudah dituis oleh Allah, dan apa yang telah ditulis-Nya selalu untuk kebaikan manusia. (Hal 133)

13. Ingat, di mana pun hatimu berada,di situlah hartamu berada. (Hal 151)

14. "Kau harus mengerti, cinta tak pernah menghalangi orang mengejar takdirnya. Kalau dia melepaskan impiannya, itu karena cintanya bukan cinta sejati...bukan cinta yang berbicara Bahasa Dunia." (Hal 157)

15. Orang dicintai karena dia memang dicintai. Tak perlu ada alasan untuk mencintai." (Hal 159)

16. "Pengkhianatan adalah pukulan tak terduga-duga. Kalau kau mengenal hatimu dengan baik, dia tak akan pernah mengkhianatimu. Sebab kau tahu pasti mimpi-mimpi dan keinginan-keinginannya, dan kau akan tahu juga cara menyikapinya. Kau takkan pernah bisa lari dari hatimu. Jadi, sebaiknya dengarkanlah suaranya. Dengan begitu, kau tidak perlu takut mendapatkan pukulan yang tak disangka-sangka." (Hal 168)

17. "Katakan pada hatimu, rasa takut akan penderitaan justru lebih menyiksa daripada penderitaan itu sendiri. Dan tak ada hati yang menderita saat mengejar impian-impiannya, sebab setiap detik pencarian itu bisa diibaratkan pertemuan kembali dengan Tuhan dan keabadian." (Hal 169)

18. "Yang masih perlu kau ketahui adalah ; sebelum mimpi bisa terwujud, Jiwa Dunia menguji segala sesuatu yang telah kita pelajari sepanjang jalan. Bukan karena dia jahat, melainkan agar selain mewujudkan impian-impian kita, kita juga menguasai pelajaran-pelajaran yang kita peroleh dalam proses mewujudkan impian itu. Dan di titik inilah kebanyakan orang biasanya menyerah. Seperti biasa kita katakan dalam bahasa padang pasir, di titik inilah orang biasanya mati kehausan, padahal dia sudah melihat pohon-pohon kurma di kejauhan." (Hal 172)

19. "Setiap pencarian dimulai dengan keberuntungan bagi pemula. Dan setiap pencarian diakhiri dengan ujian berat bagi si pemenang." (Hal 172)

20. "Sebab bukan cinta namanya kalau hanya berdiam diri saja seperti padang pasir, atau menjelajahi dunia seperti angin. Bukan pula cinta namanya kalau hanya memandang segala sesuatu dari kejauhan, seperti yang kau lakukan. Cinta adalah daya yang mengubah dan memperbaiki Jiwa Dunia. Saat pertama kali aku menjangkaunya, ku pikir Jiwa Dunia itu sudah sempurna. Tapi kemudian kusadari dia sama saja seperti aspek-aspek penciptaan lainnya, memiliki hasrat-hasrat dan pergulatan-pergulatannya sendiri. Kitalah yang merawat Jiwa Dunia tempat tinggal kita menjadi lebih baik atu atau lebih buruk. Di situlah kekuatan cinta memainkan perannya. Sebab saat kita mencintai, kita selalu berusaha menjadi lebih baik lagi." (Hal 195)


Subjective Rating

Score : 9/10
Status : Recommended

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Happiness Project by Gretchen Rubin [Book Review]

The Philosophy of Crayon - Book Review : Carrin Fu

By The River Piedra I Sat Down and Wept by Paulo Coelho - Review Buku