By The River Piedra I Sat Down and Wept by Paulo Coelho - Review Buku
"Cinta adalah perangkap. Ketika muncul, kita hanya melihat cahayanya, bukan sisi gelapnya."
Hallo semuanya! kembali pada dunia buku. Sudah lama tidak menulis padahal aku sudah banyak membaca buku, tapi untuk menuliskan ulasan selalu saja terhalangi oleh rasa malas. Untuk kesempatan kali ini, aku akan mengulas salah satu karya dari penulis terkenal di dunia yaitu Paulo Coelho. Jujur, hingga kini belum ada karya Mr. Coelho yang bisa menggantikan posisi The Alchemist. Di Tepi Sungai Piedra Aku Duduk Dan Menangis, bagaimana tanggapan kalian mengenai judul buku tersebut? sederhana bukan, namun isinya tidak sesederhana itu. Baik langsung saja kembali ke ulasan ala diriku.
Judul : By The River Piedra I Sat Down and Wept (Di Tepi Sungai Piedra Aku Duduk Dan Menangis)
Penulis : Paulo Coelho
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan ke-9: Januari 2014
Penerjemah : Rosi L. Simamora
Tahun Pertama Terbit : 1994
Halaman : 224 hlm
Genre: Romance, Spiritual
Summary:
Berkisah tentang seorang wanita bernama Pilar dan lelaki tanpa nama. Mereka adalah sepasang teman kecil yang bertemu kembali setelah sebelah tahun terpisah. Waktu menjadikan Pilar wanita yang tegar dan mandiri, sedang cinta pertamanya menjelma menjadi pemimpin spiritual yang tampan dan karismatik. Pilar sendiri telah belajar mengendalikan perasaan-perasaanya dengan baik, sementara kekasihnya memilih jalan religi sebagai pelarian bagi konflik-konflik batinnya. Mereka tumbuh bersama di Soria. Setelah menamatkan sekolah, Pilar pindah ke Zaragoza dan di sana ia menyadari bahwa Soria memang kota kecil. Setelah itu, ia menerima surat dari teman masa kecilnya yang telah menumbuhkan sayap dan kini menjelajahi dunia. Pada suatu hari, Pilar mengetahui bahwa teman kecilnya mulai memberi kuliah, ia pun terkejut karena temannya masih terlalu muda. Jadi, ia pun melakukan perjalanan dari Zaragoza ke Madrid. Ia ingin duduk bersama dan mengenang masa lalu, saat mereka mengira dunia terlalu luas bagi siapa pun untuk dapat sungguh-sungguh mengenalnya.
Kini mereka bertemu kembali dan memutuskan melakukan perjalanan bersama-sama. Perjalanan itu tidak mudah, sebab mereka dipenuhi dengan sikap menyalahkan dan penolakkan yang muncul kembali setelah lebih dari sepuluh tahun terkubur dalam-dalam di hati mereka. Teman kecilnya kini sudah hidup untuk melayani Tuhan, ia adalah calon Pastor. Perjalanan ini membuatnya bingung untuk memilih, haruskah ia tetap melayani Tuhan atau hidup bersama Pilar. Di satu sisi, sang lelaki ini telah dianugrahi Tuhan untuk menyembuhkan orang-orang sakit dengan tangannya yang penuh dengan mukjizat. Mulanya, Pilar ragu dan ingin melepaskan teman kecilnya. Karena, sang lelaki lebih kepada kehidupan beragama dan pelayanan yang Pilar sendiri tidak mengenalnya. Namun setelah mereka melakukan perjalanan dan Pilar mulai menghargai keputusan lelakinya menjadi Pastor, sang lelaki justru percaya bahwa ada banyak cara untuk melayani Tuhan. Ia berniat hidup biasa saja. Awalnya kisah cinta mereka kandas begitu saja, karna Pilar tahu bahwa teman kecilnya sangat dibutuhkan oleh sesamanya. Tapi akhirnya, sang lelaki kembali menemui Pilar dan memutuskan untuk hidup bersama dan membiarkan cinta yang memandu mereka.
Kutipan Favorit:
- "Orang bijak menjadi bijak hanya karena mereka mencintai. Dan orang bodoh menjadi bodoh hanya karena mereka mengira bisa memahami cinta." (45)
- "Aku tahu kita akan menemukan sebuah kamar, dan kita benar-benar menemukannya. Alam semesta selalu membantu kita memperjuangkan mimpi-mimpi kita, tak peduli betapa konyolnya mimpi-mimpi itu. Mimpi-mimpi kita adalah milik kita sendiri, hanya kita yang tahu apa yang dibutuhkan untuk membuatnya terus hidup." (73)
- Seorang manusia yang bimbang tak dapat menghadapi kehidupan dengan penuh martabat (119)
- "Aku mempelajarinya di seminari. Semakin dekat kita kepada Tuhan lewat iman kita, maka semakin sederhana pula Tuhan itu. Semakin sederhana Tuhan, maka semakin besar keberadaan-Nya" (180)
- "Semua kisah cinta memiliki banyak kemiripan. Pada suatu masa dalam hidupku, aku mengalami hal yang sama.Tapi bukan itu yang kuingat. Yang kuingat adalah, cinta akan kembali dalam wujud laki-laki lain, harapan lain, impian lain." (216)
Opini:
Sejujurnya buku ini tampak baku, mungkin saja karena buku terjemahan. Selain itu plot buku ini mudah diikuti. Ada banyak tokoh, hotel dan penjaga gereja tanpa nama. Ada banyak ajaran agama yang dituangkan. Ceritanya mengalir karna nyaris tidak ada plot yang meneganggakan. Jujur, aku suka karna ini membahas tentang pilihan pada kehidupan, agama, dan Tuhan. Jadi dibuat untuk ikut berpikir. karna jujur memutuskan sebuah pilihan itu tidak mudah. Cukup untuk dibaca sekali duduk di hari libur.
Rate:
4/5
Love the first quote! Looking forward to your next post 😉
BalasHapus